Layangan Kaghati
Layangan kaghati adalah salah satu layangan tradisional tertua di Indonesia. Usia layangan pertama dari jenis layangan ini diperkirakan mencapai 4000 tahun. Layangan kaghati ini berasal dari Sulawesi Tenggara yang tepatnya di pulau muna.
Cara membuat layangan kaghati ini terbilang sangat mudah karena bahan alami yang digunakan untuk membuat layang-layang mudah diperoleh, antara lain daun kolope atau ubi hutan yang merupakan bahan utama atau layar, kulit bambu sebagai rangka, dan serat nanas hutan yang sudah dipintal yang kemudian digunakan sebagai tali layangan.
Walupun terbuat dari bahan yang alami, Layangan Kaghati merupakan layang-layang yang kokoh. Kaghati dapat terbang tinggi serta bertahan di udara selama berhari-hari. Layarnya yang terbuat dari daun kolope yang di olah sedemikian rupa sehingga menjadikannya ulet dan tahan terhadap air.
Bunyian layangan pada layangan kaghati disebut Kamumu, bagian ini menyerupai pita yang terbuat dari daun nyiur atau kulit ari pohon waru. Kamumu ini akan mengeluarkan suara nyaring saat tertiup angin ketika melayang di udara.
Layangan kaghati dibuktikan sebagai layangan pertama di dunia oleh seorang pecinta layangan dari Negara Jerman yaitu Wolfgang Bieck. Inisiatif wolfgang untuk meneliti layangan Kaghati ini berawal dari pelaksanaan festival layang-layang internasional Berck sur Mer yang diselenggarakan di Perancis tepatnya pada tahun 1997 dan pada festival tersebut Layangan Kaghati mengalahkan layang-layang dari Jerman serta meraih juara pertama.
Atas dasar tersebutlah sehingga Wolfgang Bieck tertarik pada layang-layang unik dari Indonesia yang terbuat dari daun ini. Karena ketertarikannya pada layangan Kaghati, Wolfgang akhirnya datang ke Pulau Muna, Sulawesi Tenggara untuk mempelajari lebih dalam mengenai seluk beluk layang-layang tradisional ini.
Wolfgang kemudian diajak oleh seorang pecinta layang-layang dari Muna untuk melihat sebuah lukisan yang ada di dalam dinding Gua Sugi Patani, yang letaknya berada di Desa Liangkobori, Muna. Di dinding gua tersebut terdapat sebuah coretan yang menggambarkan seseorang yang sedang menerbangkan layang-layang.
Dari sinilah kemudian penelitian Wolfgang dimulai. Setelah melalui beberapa tahapan penelitian, diperoleh hasil bahwa coretan di dinding gua tersebut dibuat sekitar jaman Epi-Paleolithic (periode Mesolitik), atau sekitar 9.000-5.000 tahun sebelum masehi.
Dari hasil penelitian inilah, Wolfgang kemudian menyatakan bahwa Kaghati dari Muna, Sulawesi Tenggara adalah layangan yang pertama kali diterbangkan oleh manusia. Perjalanan penelitian tersebut kemudian ditulis oleh Wolfgang, dan diterbitkan di sebuah majalah di Jerman pada tahun 2003 dengan judul “The First Kitman”.
Demikian informasi tentang Layangan Kaghati. Semoga informasi ini bisa bermanfaat kepada para sobat sebagai pembaca dalam mencari info tentang layangan pertama di Dunia. Apabila terdapat hal yang kurang dipahami, silahkan tingalkan pesan pada kolom komentar dibawah.
Jangan lupa bagikan informasi layangan Kaghati ini kepada teman yang lain melalui menu media sosial di bawah ini agar bisa bermanfaat untuk semua orang. Sekian dan terima kasih atas kunjungannya.
Cara membuat layangan kaghati ini terbilang sangat mudah karena bahan alami yang digunakan untuk membuat layang-layang mudah diperoleh, antara lain daun kolope atau ubi hutan yang merupakan bahan utama atau layar, kulit bambu sebagai rangka, dan serat nanas hutan yang sudah dipintal yang kemudian digunakan sebagai tali layangan.
Walupun terbuat dari bahan yang alami, Layangan Kaghati merupakan layang-layang yang kokoh. Kaghati dapat terbang tinggi serta bertahan di udara selama berhari-hari. Layarnya yang terbuat dari daun kolope yang di olah sedemikian rupa sehingga menjadikannya ulet dan tahan terhadap air.
Bunyian layangan pada layangan kaghati disebut Kamumu, bagian ini menyerupai pita yang terbuat dari daun nyiur atau kulit ari pohon waru. Kamumu ini akan mengeluarkan suara nyaring saat tertiup angin ketika melayang di udara.
Layangan kaghati dibuktikan sebagai layangan pertama di dunia oleh seorang pecinta layangan dari Negara Jerman yaitu Wolfgang Bieck. Inisiatif wolfgang untuk meneliti layangan Kaghati ini berawal dari pelaksanaan festival layang-layang internasional Berck sur Mer yang diselenggarakan di Perancis tepatnya pada tahun 1997 dan pada festival tersebut Layangan Kaghati mengalahkan layang-layang dari Jerman serta meraih juara pertama.
Atas dasar tersebutlah sehingga Wolfgang Bieck tertarik pada layang-layang unik dari Indonesia yang terbuat dari daun ini. Karena ketertarikannya pada layangan Kaghati, Wolfgang akhirnya datang ke Pulau Muna, Sulawesi Tenggara untuk mempelajari lebih dalam mengenai seluk beluk layang-layang tradisional ini.
Wolfgang kemudian diajak oleh seorang pecinta layang-layang dari Muna untuk melihat sebuah lukisan yang ada di dalam dinding Gua Sugi Patani, yang letaknya berada di Desa Liangkobori, Muna. Di dinding gua tersebut terdapat sebuah coretan yang menggambarkan seseorang yang sedang menerbangkan layang-layang.
Dari sinilah kemudian penelitian Wolfgang dimulai. Setelah melalui beberapa tahapan penelitian, diperoleh hasil bahwa coretan di dinding gua tersebut dibuat sekitar jaman Epi-Paleolithic (periode Mesolitik), atau sekitar 9.000-5.000 tahun sebelum masehi.
Dari hasil penelitian inilah, Wolfgang kemudian menyatakan bahwa Kaghati dari Muna, Sulawesi Tenggara adalah layangan yang pertama kali diterbangkan oleh manusia. Perjalanan penelitian tersebut kemudian ditulis oleh Wolfgang, dan diterbitkan di sebuah majalah di Jerman pada tahun 2003 dengan judul “The First Kitman”.
Demikian informasi tentang Layangan Kaghati. Semoga informasi ini bisa bermanfaat kepada para sobat sebagai pembaca dalam mencari info tentang layangan pertama di Dunia. Apabila terdapat hal yang kurang dipahami, silahkan tingalkan pesan pada kolom komentar dibawah.
Jangan lupa bagikan informasi layangan Kaghati ini kepada teman yang lain melalui menu media sosial di bawah ini agar bisa bermanfaat untuk semua orang. Sekian dan terima kasih atas kunjungannya.
0 Response to "Layangan Kaghati"
Post a Comment